Kamis, 23 Juni 2016

Senja



Perlahan kelam selimuti cakrawala di ujung mega-mega
Gradasi citra warna sayu menyatu
Menyingkap hitam yang tertidur di ujung senja
Entah haru datang menyapa, mungkinkah sendu
Sukma-sukma, tertawa di sudut raung ratap penuh duka
Foya-foya bertabur harta di sudut hening jiwa
Derai air mata berbalas suka ria
Di bawah mengais, di atas berbaris
Adil tak lagi andil
Kaya makin rata, melarat kian melata
Tangan manusia menegadah manusia
Sawah Pak Tani nan hijau kini mencakar lagit
Sungai biru jernihpun mengalir laksana bah penuh sampah
Hijaunya pohon rindang mengepul di corobong-corobang asap
Anak kecil tak lagi mencari emaknya, mereka menjerit meminta receh
Pejabat koran tidur di kolong jembatan
Pejabat beruang tidur dipenjara
Sang Pencipta dihujat kemiskinan
Kesucian kini diberi harga
Tahta menginjak, harta menghina
Semua mata tertuju fatamorgana
Semu tak lagi nampak abu-abu
Tapi di ufuk timur, berkerudung duka lara
Ibu Pertiwi termangu…
Membaca alkisah di ujung senja ungu nusantara