Perlahan kelam selimuti
cakrawala di ujung mega-mega
Gradasi citra warna
sayu menyatu
Menyingkap hitam yang
tertidur di ujung senja
Entah haru datang
menyapa, mungkinkah sendu
Sukma-sukma, tertawa di
sudut raung ratap penuh duka
Foya-foya bertabur
harta di sudut hening jiwa
Derai air mata berbalas
suka ria
Di bawah mengais, di
atas berbaris
Adil tak lagi andil
Kaya makin rata,
melarat kian melata
Tangan manusia
menegadah manusia
Sawah Pak Tani nan
hijau kini mencakar lagit
Sungai biru jernihpun
mengalir laksana bah penuh sampah
Hijaunya pohon rindang
mengepul di corobong-corobang asap
Anak kecil tak lagi
mencari emaknya, mereka menjerit meminta receh
Pejabat koran tidur di
kolong jembatan
Pejabat beruang tidur
dipenjara
Sang Pencipta dihujat
kemiskinan
Kesucian kini diberi
harga
Tahta menginjak, harta
menghina
Semua mata tertuju
fatamorgana
Semu tak lagi nampak
abu-abu
Tapi di ufuk timur,
berkerudung duka lara
Ibu Pertiwi termangu…
Membaca alkisah di
ujung senja ungu nusantara